Kamis, 22 Mei 2014

kutubu sittah



KATA PENGANTAR

            Puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat-Nyalah saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Perawi al-Kutub al-Sittah (kitab induk yang enam) . Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Ulumul Hadist
            Penulis mengucapkan terima kasih terutama kepada Bpk.  sebagai dosen pembimbing mata kuliah Studi Ulumul Hadits, serta kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
            Meskipun dalam penyusunan makalah ini, penulis dapat menyelesaikan dengan baik, namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan di dalamnya. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.



                                                                                                                        Penyusun














BAB I
PENDAHULUAN

1.1     LatarBelakang

Kutubu Sittah ini termasuk Diantara kitab yang terbagus penulisan dan penyusunannya, paling banyak benarnya dan sedikit kesalahannya, paling meluas umum manfaatnya dan paling banyak faidahnya, paling besar barakahnya, paling mudah kesukarannya, paling baik penerimaanya.
Makalah ini berikhtiar memperkenalkan secara singkat Istilah Kutubus Sittah dan saiapa saja perawi dari kutubusittah tersebut serta karya-karyanya. 

1.2  RumusanMasalah
1.      Al-Kutub Al-Sittah
2.      Menjelaskan Para Perawi Kutubu Sittah.
3.      Karya-karya para perawi Kutubu Sittah.



POKOK PERMASALAHAN
  1. Seperti apa bigrafi imam bukhari, muslim, nasa’I, abu dawud, tirmidzi, ibnu majah?
  2. Apa saja kitab kitabnya imam tersebut?








BAB II
PEMBAHASAN

BIOGRAFI IMAM 6

v  Imam Bukhari
Namanya Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju’fi al-Bukhari. Lahir di Bukhara, hari jim’at 13 syawal 194 H, wafat di Samarqand, malam sabtu hari raya waktu isya’ 256 H.1
Beliau dikenal sebagai al-Bukhori, Tidak lama setelah beliau lahir, beliau kehilangan penglihatannya. Dia didik dalam keluarga yang taat beragama, ayahnya adalah seorang ulama’ bermazhab Maliki dan merupakan murid dari imam Malik, seorang ulama’ besar dan ahli fiqih, ayahnya wafat ketika beliau masih kecil, beliau mulai menuntut ilmu sejak usia dini tahun 205 H, beliau berguru kepada as-syaikh ad-dakhili ulama’ ahli hadis yang masyhur di Bukhoro, pada usia 16 tahun dia bersama keluarganya mungunjugi kota Makkah dan Madinah, dikedua kota tersebut dia mengikuti kuliah para guru besar hadis. Bukhori pergi menjumpai guru guru hadis diberbagai negri, dia pergi ke Bagdad, Basrah, Kuffah, Makkah, Madinah, Syam, Mesir. Dia belajar dari banyak guru dan menulis dari seribu guru, kecintaan beliau terhadap ilmu yang mengantarkan beliau ke puncak keilmuan saat itu, bahkan sampai menjadi imam kaum muslimin dalam bidang hadis. Tokoh tokoh memberikan julukan kepada beliau amirul mu’minin fi al-hadi, beliau sangat terkenal waro’ ahli ibadah selain ahli ilmu.2
Beliau dalam penelitian hadis untuk mengumpulkan dan menyeleksi hadis shohih menghabiskan waktu 16 tahun untuk mengunjungi diberbagai kota untuk menemui para perawi hadis, mengumpulkan dan menyeleksi hadisnya. Ketika di bagdad tidak semua hadis yang beliau hafal kemudian diriwayatkan, tetapi diseleksi terlebih dahulu dengan penyeleksian yang ketat, apakah sanad dari hadis tersebut bersambung dan apakah perawi hadis itu terpercaya dan tsiqah (kuat).akhirnya bukhari menulis sebanyak 9082 hadis dalam kitabnya aljami’ussohih, karyanya antara lain: sohih bukahari, al-adab al mufrod,  ad-du’afa’ as-soghir, at-tarikh as-soghir, a-ttarikh al ausath.3
Beliau seorang imam yang tidak tercela hapalan hadisnya dan kecermatannya, beliau mulai menghapal hadis ketika umurnya belum mencapai 10 tahun, dia mencatat dari 1000 guru lebih, hapal 100.000 hadis shahih dan 200.000 hadis yang tidak shahih. Dialah pengarang kitab besar Al-jami’ as-shahih yang merupakan kitab paling sahih sesudah alQur’an.[1][10]

v  Imam Muslim
            Namanya Abu Husain Muslim bin al-Hajaj bin Muslim al-Qusairi an-Naisaburi, Lahir dalam bulan rajab 204 H, wafat sore ahad, bulan rajab 261 H, dan dikubur di Naisaburi.[2][11]
Kecenderungan imam muslim terhadap ilmu hadis tergolong luar biasa, keunggulannya dari sisi kecerdasandan ketajaman hafalan dia manfaatkan dengan sebaik mungkin, pada usia 10 tahun dia sering datang berguru pada imam ad-dakhili seorang ahli hadis dikotanya,  satu tahun kemudian dia mulai menghafal hadis dan berani mengoreksi kekeliruan gurunya ketika salah dalam periwayatan hadis. Perjalanan kenegri lain menjadi kegiatan rutin bagi imam muslim untuk mendapatkan silsilah yang benar sebuah hadis.
Beliau dalam menetapkan kesohihan hadis yang diriwayatknya selalu mendepankan ilmu jarh wa ta’dil, metode inidigunakan untuk menilai cacat tidaknya suatu hadis dan juga menggunkan metodesghot at-tahammul (metode-metode  penerimaan riwayat), dalam kitabnya dijumpai istilah haddasanii, haddasana, akhbarani, akhbarona, qala, dengan metode ini menjadikan beliau sebagai orangkedua terbaik dalam masalah hadis dan selul beluknya setelah imam bukahari. Imam muslim wafat dengan mewariskan sejumlah karyanya yang sangat berharga bagi kaum muslimin: Al-Jamius Syahih, Al-Musnadul Kabir Alar Rijal, Kitab al-Asma' wal Kuna, Kitab al-Ilal, Kitab al-Aqran, Kitab Sualatihi Ahmad bin Hanbal, Kitab al-Intifa' bi Uhubis Siba'. Kitab al-Muhadramain, Kitab Man Laisa Lahu illa Rawin Wahidin, Kitab Auladus Sahabah, Kitab Auhamul Muhadisin.
Kitabnya yang paling terkenal sampai kini ialah Al-Jamius Syahih atau Syahih Muslim[3][12]Para ulama’ sepakat atas keimamannya dalam hadis dan kedalaman pengetahuannya tentang periwayatan hadis, dia melakukan banyak perjalanan dalam mencari hadis. Di Khurasan dia mendengar hadis dari Yahya bin Yahya, Ishaq bin Rahawaih, dan lain lain. [4]

v  Imam  Nasa’i
Namanya Abu ‘Abdirrahman  ahmad bin su’aib bin ali bin bahr bin sinan bin dinar an-nasai al-kurasani.  Dilahirkan dalam tahun 215 H, wafat di ramlah pada tahun 303 H dan dikuburkan di baitil maqdis.[5] Beliau adalah sorang ulama hadis yang terkenal,  beliau juga seorang yang berpegang teguh pada madzhab syafi’i dan mengarang sebuah kitab manasik haji atas dasar madzhab syafi’i.
Riwayat beliau sedikit menyedihkan, pada tahun 302 H beliau datang kedamaskus, dimana ketika itu yang berkuasa adalah pengikit sayyidina mu’awwiyah yang membenci sayyidina aly,  ketika itu banyak orang yang menghina sayyidina aly, imam nasai bukan kaum syi’ah tetapi beliau mencintai ahli bait khususnya sayyidina aly.  Beliau mengarang sebuah kitab untuk menerangkan kelebihan-kelebihan sayyidina aly, dengan beredarnya kitab ini menjadikan penguasa damaskus marah kepada beliau, akhirnya beliau diusir dari didamaskus sampai kabarnya dipukuli sehingga beliau wafat disuatu tempat yang bernama ramlah disiria.[6]
Imam Nasa`i mempunyai hafalan dan kepahaman yang jarang di miliki oleh orang-orang pada zamannya, sebagaimana beliau memiliki kejelian dan keteliatian yang sangat mendalam. maka beliau dapat meriwayatkan hadits-hadits dari ulama-ulama, berjumpa dengan para imam huffazh dan yang lainnya, sehingga beliau dapat menghafal banyak hadits, mengumpulkannya dan menuliskannya, sampai akhirnya beliau memperoleh derajat yang pantas dalam disiplin ilmu ini.Beliau telah menulis hadits-hadits dla’if, sebagaimana beliaupun telah menulis hadits-hadits shahih, padahal pekerjaan ini hanya di lakukan oleh ulama pengkritik hadits, tetapi imam Nasa`i mampu untuk melakukan pekerjaan ini, bahkan beliau memiliki kritik yang detail dan akurat.
v  Imam Abu dawud
            Namanya Sulaiman amr-asy-‘aus’aq-sikistini bin Iskhaq bin bisyr bin Syaddad bin amr bin Imran al-azti, lahir pada 202 H, wafat di Basrah tahun 275 H,[7] beliau salah seorang perowi hadis yang mengumpulkan 50.000 hadis lalu memilih dan menuliskan 4800 diantaranya dalam kitab sunan abu daud. Untuk mengumpulkan hadis beliau berpergian ke arab Saudi, irak, kufah, khurasan, siria, nisapur, dan tempat tempat lain yang menjadikannya salah satu orang ulama’ yang paling luas perjalanannya. Beliau sudah berkecimpung dalam bidang hadis sejak berusia belasan tahun, beliau mengunjungi berbagai Negara untuk memetik kandungan ilmu dari sumbernya, dia langsung berguru selama belasan tahun, beliau menyusun kitabnya di Bagdad, minat utamanya dibidang syari’at, jadi kumpulan hadisnya terfokus pada syari’at, setiap hadis dalam kumpulannya diperiksa kesesuaiannya dengan alqur’an, begitu pula sanadnya, dia pernah memperlihatkan kitab tersebut kepada imam ahmad untuk meminta saran perbaikan, didalam kitab tersebut mengandung beberapa hadis lemah (yang sebagian ditandai beliau sebagian tidak).[8]



v  Imam Tirmidzi
            Namanya Abu ‘Isa muhammad bin ‘isa bin surrah at-turmudzi, lahir pada tahun 200 H, wafat di turmudz dalam bulan rajab, tahun 279 H,[9] Beliau adalah imam, hafiz dan kritikus hadis, beliau sejak kecilnya sudah gemar mempelajari ilmu dan mencari  hadis untuk keperluan inilah dia mengembara keberebagi Negara Hijaz, irak, khurasan, dalam periwayatannya dia banyak mengunjungi banyak ulama’ besar dan guru guru hadis untuk mendengar hadis dan kemudian dihafal dan dicatat dengan baik diperjalanan atau tiba disuatu tempat. Dia belajar dan meriwayatkan dari ulama’ kenamaan diantaranya imam bukhari, kepadanya dia mempelajari hadis dan fiqih, dia juga belajar dari imam muslim dan abu daud.[10]
v  Imam Ibnu Majah
Namanya Abu ‘Abdillah Muhammad bin Yazid bin ‘Abdillah bin Majah al-Qazwini, lahir pada 207 H, wafat dalam bulan Ramadan 275 H,[11] beliau dikenal sebagai ahli hadis yang banyak meriwayatkan sabda sabda nabi SAW, beliau mulai belajar sejak usia remaja, namun baru mulai menekuni dibidang ilmu hadis pada usia 15 tahun, bakat dan minatnya dibidang hadis makin besar, hal inilah yang membuat ibnu Majah berkelana kebeberapa daerah dan Negara guna mencari, mengumpulkan dan menulis hadis puluhan Negara dia kunjungi antara lain Ray (Teheran), Basrah, kufah, Bagdad, khurasan, suriyah, Mesir. Dengan cara inilah beliau dapat menghimpun dan menulis puluhan bahkan ratusanhadis dari sumber sumber yang dipercaya keshahihannya, tidak hanya itu dalam berbagai kunjungannya dia juga berguru pada banyak ulama’ setempat, seperti Abu bakar bin abi syaubah, sepanjang hayatnya beliau telah menulis puluhan buku baik dalam bidang hadis, sejarah, fiqih, maupun tafsir, seperti tafsir alqur’anul karim, at-tarikh karya sejarah yang memuat bigrafi para perawi hadis sejak awal hingga kemasanya  yang menjadi popular dikalangan muslim, karya beliau adalah kitab sunan ibnu majah di bidang hadis, beliau telah meriwayatkan sedikitnya 4000 hadis, didalam kitab hadis tersebut juga membahas masalah akidah dan muamalah atas ketekunan dan kontribuisinya dibidang ilmu ilmu islam itu, khususnya disiplin ilmu hadis, banyak ulam’ yang kagum  dan membahasnya sebagai salah seorang ulama’besar islam yang disepakati tentang kejujurannya.[12]



v  KUTUBUS SITTAH
Istilah Kutubus Sittah digunakan untuk menyebut enam kitab induk hadits, yaitu Shahih Al Bukhari, Shahih Muslim, Sunan An Nasa`I, Sunan Abi Dawud, Sunan At Tirmidzi, dan Sunan Ibni Majah. Mari kita mengenalnya secara ringkas.
v  Shahih Al Bukhari
Diceritakan, Imam Bukhari berkata: “Aku bermimpi melihat Rasulullah SAW.; seolah-olah aku berdiri di hadapannya, sambil memegang kipas yang kupergunakan untuk menjaganya. Kemudian aku tanyakan mimpi itu kepada sebahagian ahli ta’bir, ia menjelaskan bahawa aku akan menghancurkan dan mengikis habis kebohongan dari hadith Rasulullah SAW. Mimpi inilah, antara lain, yang mendorongku untuk melahirkan kitab Al-Jami’ as-Shahih.”[13]
Kitab ini diberi judul Al Jami’ Ash Shahih oleh penyusunnya. Beliau menyeleksi hadits yang tercantum dalam kitab ini dari 600 ribu hadits. Beliau rahimahullah bersusah payah dalam memilih, menyeleksi dan mencari hadits yang shahih.
Beliau menyelesaikan penyusunan kitab tersebut selama enam belas tahun. Setelah itu, beliau mengajukan kitabnya itu kepada Imam Ahmad, Yahya bin Ma’in, ‘Ali bin Al Madini, dan selain mereka, kemudian mereka menilainya sebagai kitab yang bagus dan memberi rekomendasi/persaksian akan keabsahan hadits dalam kitab tersebut.[14]
Para ulama di setiap zaman menerima kitab tersebut dengan sepenuh hati. Al Hafizh Adz Dzahabi berkata, “Ini adalah salah satu kitab dalam ilmu Islam yang paling bagus dan paling utama setelah kitab Allah ta’ala.”
Jumlah hadits dalam Shahih Al Bukhari termasuk yang terulang berjumlah 7397 buah dan jika tidak termasuk yang terulang berjumlah 2602 buah. Demikianlah yang disebutkan oleh Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah.





v  Shahih Muslim
Di antara kitab-kitab imam muslim yang paling agung dan sangat bermanfat luas, serta masih tetap beredar hingga kini ialah Al-Jami’ as-Shahih, terkenal dengan Shahih Muslim. Kitab ini merupakan salah satu dari dua kitab yang paling shahih dan murni sesudah Kitabullah. Kedua kitab Shahih ini diterima baik oleh segenap umat Islam.[15]
Kitab ini adalah kitab yang telah terkenal dan disusun oleh Muslim bin Al Hajjaj rahimahullah. Beliau mengumpulkan hadits-hadits shahih dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menurut penilaiannya di dalam kitab ini. An Nawawi berkata, “Di dalam kitab ini beliau menerapkan metode yang sangat bagus dalam hal ketelitian, kesempurnaan, wara’, dan ma’rifah dimana sangat jarang seorang mendapatkan petunjuk untuk melakukan hal tersebut kecuali beberapa orang saja di beberapa masa.” [16]
Imam Muslim telah mengerahkan seluruh kemampuannya untuk meneliti dan mempelajari keadaan para perawi, menyaring hadith-hadith yang diriwayatkan, membandingkan riwayat-riwayat itu satu sama lain. Muslim sangat teliti dan hati-hati dalam menggunakan lafaz-lafaz, dan selalu memberikan isyarat akan adanya perbedaan antara lafaz-lafaz itu. Dengan usaha yang sedemikian rupa, maka lahirlah kitab Shahihnya.
Bukti konkrit mengenai keagungan kitab itu ialah suatu kenyataan, di mana Muslim menyaring isi kitabnya dari ribuan riwayat yang pernah didengarnya. Diceritakan, bahawa ia pernah berkata: “Aku susun kitab Shahih ini yang disaring dari 300.000 hadith.”[17]
Beliau mengumpulkan hadits-hadits yang sesuai dalam satu tempat dan menyebutkan berbagai jalur dan lafadz-lafadz hadits yang dia susun per-bab. Hanya saja, beliau tidak menyebutkan judul-judul bab tersebut. Mungkin karena khawatir akan menambah tebal kitab tersebut atau karena terdapat alasan yang lain.
Tetapi setiap bab dalam kitab ini kini telah diberi judul oleh sejumlah ulama yang menjelaskannya. Di antara syarah yang paling bagus adalah yang disusun oleh An Nawawi rahimahullah. Jumlah hadits dalam kitab ini adalah 7275 buah, termasuk hadits yang terulang dan jika dibuang, hanya berjumlah 4000 buah.
Apabila ditinjau dari segi keabsahannya, maka mayoritas atau seluruh ulama telah sepakat bahwa Shahih Muslim menduduki tingkat kedua setelah Shahih Al Bukhari.[18]
v  Sunan An Nasa`i
Karya beliau yang utama adalah Sunanulkubro yang akhirnya terkenal dengan nama sunan An-Nasaiy. Kitab sunan ini adalah kitab Sunan yang muncul setelah shahihain yang paling sedikit hadits dha’ifnya, tetapi paling banyak perulanganya . Misalnya hadits tentang niat, diulangnya sampai 16x.[19]
Nasa’i menerima hadith dari sejumlah guru hadith terkemuka. Di antaranya ialah Qutaibah Imam Nasa’i Sa’id. Ia mengunjungi kutaibah ketika berusia 15 tahun, dan selama 14 bulan belajar di bawah asuhannya. Guru lainnya adalah Ishaq bin Rahawaih, al-Haris bin Miskin, ‘Ali bin Khasyram dan Abu Dawud penulis as-Sunan, serta Tirmidzi, penulis al-Jami’.
Hadith-hadithnya diriwayatkan oleh para ulama yang tidak sedikit jumlahnya. Antara lain Abul Qasim at-Tabarani, penulis tiga buah Mu’jam, Abu Ja’far at-Tahawi, al-Hasan bin al-Khadir as-Suyuti, Muhammad bin Mu’awiyyah bin al-Ahmar al-Andalusi dan Abu Bakar bin Ahmad as-Sunni, perawi Sunan Nasa’i.[20]
An Nasa`i rahimahullah menyusun kitabnya As Sunan Al Kubra dan memasukkan ke dalamnya berbagai hadits shahih dan cacat. Kemudian beliau meringkasnya dalam kitab As Sunan Ash Shughra dan beliau beri judul Al Mujtaba yang di dalamnya beliau hanya mengumpulkan berbagai hadits shahih menurut penilaiannya.
Kitab inilah (Al Mujtaba –pent.) yang dimaksud jika ada hadits yang riwayatnya dinisbatkan kepada An Nasa`i. Al Mujtaba adalah kitab Sunan yang paling sedikit mengandung hadits dla’if dan perawi yang dijarh. Derajat kitab ini berada setelah Ash Shahihain. Ditinjau dari sisi para perawinya, kitab ini didahulukan daripada Sunan Abi Dawud dan Sunan At Tirmidzi karena beliau sangat berhati-hati dalam memilih para perawi.[21]
v  Sunan Abi Dawud
Abu Dawud menyusun kitabnya, khusus hanya memuat hadith-hadith hukum dan sunnah-sunnah yang menyangkut hukum. Ketika selesai menyusun kitabnya itu kepada Imam Ahmad bin Hanbal, dan Ibn Hanbal memujinya sebagai kitab yang indah dan baik.
Abu Dawud dalam sunannya tidak hanya mencantumkan hadith-hadith shahih semata sebagaimana yang telah dilakukan Imam Bukhari dan Imam Muslim, tetapi ia memasukkan pula kedalamnya hadith shahih, hadith hasan, hadith dha’if yang tidak terlalu lemah dan hadith yang tidak disepakati oleh para imam untuk ditinggalkannya. Hadith-hadith yang sangat lemah, ia jelaskan kelemahannya.[22]
Kitab ini adalah kitab yang berisi 4800 hadits yang diseleksi oleh penyusunnya dari 500.000 hadits. Sunan Abi Dawud ini sangat terkenal di kalangan ahli fiqih (fuqaha`) karena kitab ini mengumpulkan hadits-hadits hukum. Penyusunnya mengatakan bahwa dia telah menyodorkan kitabnya tersebut kepada Imam Ahmad bin Hambal dan beliau menilainya sebagai kitab yang bagus dan baik.[23]
v  Sunan At Tirmidzi
Kitab ini adalah salah satu kitab karya Imam Tirmidzi terbesar dan paling banyak manfaatnya. Ia tergolong salah satu “Kutubus Sittah” (Enam Kitab Pokok Bidang Hadith) dan ensiklopedia hadith terkenal. Al-Jami’ ini terkenal dengan nama Jami’ Tirmidzi, dinisbatkan kepada penulisnya, yang juga terkenal dengan nama Sunan Tirmidzi. Namun nama pertamalah yang popular.
Sebahagian ulama tidak berkeberatan menyandangkan gelar as-Shahih kepadanya, sehingga mereka menamakannya dengan Shahih Tirmidzi. Sebenarnya pemberian nama ini tidak tepat dan terlalu gegabah.[24]
Imam Tirmidzi di dalam Al-Jami’-nya tidak hanya meriwayatkan hadith shahih semata, tetapi juga meriwayatkan hadith-hadith hasan, da’if, garib dan mu’allal dengan menerangkan kelemahannya.
Dalam pada itu, ia tidak meriwayatkan dalam kitabnya itu, kecuali hadith-hadith yang diamalkan atau dijadikan pegangan oleh ahli fiqh. Metode demikian ini merupakan cara atau syarat yang longgar. Oleh kerananya, ia meriwayatkan semua hadith yang memiliki nilai demikian, baik jalan periwayatannya itu shahih ataupun tidak shahih. Hanya saja ia selalu memberikan penjelasan yang sesuai dengan keadaan setiap hadith.
Beliau menjelaskan derajat shahih, hasan, atau dla’if setiap hadits pada tempatnya masing-masing dan menjelaskan sisi kelemahannya. Beliau juga menjelaskan ulama yang beliau ambil pendapatnya baik dari kalangan sahabat atau selainnya. Di akhir kitab tersebut, beliau menyusun sebuah kitab yang membahas tentang ilmu ’ilal dan dalamnya beliau mengumpulkan berbagai faedah yang penting.
Dalam kitab ini terdapat berbagai faedah dalam bidang fiqih dan hadits yang tidak ada dalam kitab yang lain. Para ulama dari Hijaz, ‘Iraq dan Khurasan menilainya sebagai kitab yang bagus tatkala penyusunnya menyodorkan kitab ini kepada mereka.[25]
v  Sunan Ibnu Majah
Kitab ini adalah salah satu kitab karya Imam Ibn Majah terbesar yang masih beredar hingga sekarang. Dengan kitab inilah, nama Ibn Majah menjadi terkenal.
Ia menyusun sunan ini menjadi beberapa kitab dan beberapa bab. Sunan ini terdiri dari 32 kitab, 1.500 bab. Sedan jumlah hadithnya sebanyak 4.000 buah hadith.
Kitab sunan ini disusun menurut sistematika fiqh, yang dikerjakan secara baik dan indah. Ibn Majah memulai sunan-nya ini dengan sebuah bab tentang mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Dalam bab ini ia menguraikan hadith-hadith yang menunjukkan kekuatan sunnah, kewajiban mengikuti dan mengamalkannya.[26]
Berdasarkan pendapat yang masyhur di kalangan mutaakhirin kitab ini termasuk kitab induk keenam dari enam kitab induk hadits. Meskipun demikian, kitab ini derajatnya lebih rendah dari kitab Sunan An Nasa`i, Sunan Abi Dawud, dan Sunan At Tirmidzi. Bahkan, telah masyhur bahwa hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah secara bersendirian umumnya adalah hadits dla’if. Akan tetapi, Al Hafizh Ibnu Hajar berkata lain, “ Hal itu tidaklah bersifat mutlak menurut penelitian saya. Namun, secara global, di dalam kitab tersebut memang banyak terdapat hadits mungkar. Wallahul Musta’an.”
Mayoritas hadits yang beliau takhrij juga diriwayatkan oleh semua atau sebagian penyusun enam kitab induk hadits. Dan beliau meriwayatkan hadits secara bersendiri dan tidak diriwayatkan oleh mereka (penyusun enam kitab induk hadits) sebanyak 1339 buah sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Ustadz Muhammad Fu`ad ‘Abdul Baqi.[27]



KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa ke-enam imam beserta kitab-kitabnya mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, tetapi mereka sama-sama pergi ke berbagai negara untuk menimba ilmu terutama dibidang hadis.
























DAFTAR PUSTAKA


A. Qadir Hassan, ilmu musthalahul hadis, (Bandung: CV. Diponegoro), hlm: 441
Dr. Subhi as-shalih, membahas ilmu ilmu hadis, (Jakarta: pustaka firdaus, 2007), hlm:368



Muhammad A’jal Al-khatib, pokok pokok ilmu hadis, (Jakarta: Gaya media pratama, 1998), hlm: 76

Fatkhur Rahman, ikhtisar musthalahul hadis, hlm: 37

M. Syakur, ulum al khadis, (Kudus: masaifa jendela ilmu, 2009), hlm:135








[1]  Dr. Subhi as-shalih, membahas ilmu ilmu hadis, (Jakarta: pustaka firdaus, 2007), hlm:280
[2] A. Qadir Hassan, ilmu musthalahul hadis, (Bandung: CV. Diponegoro), hlm: 440
[3] http://nippontori.multiply.com/reviews/item/9 (diakses pada  26 April 2014)
[4]Dr. Subhi as-shalih, membahas ilmu ilmu hadis, (Jakarta: pustaka firdaus, 2007), hlm:366
[5] A. Qadir Hassan, ilmu musthalahul hadis, (Bandung: CV. Diponegoro), hlm: 440
[7] A. Qadir Hassan, ilmu musthalahul hadis, (Bandung: CV. Diponegoro), hlm: 435
[9] A. Qadir Hassan, ilmu musthalahul hadis, (Bandung: CV. Diponegoro), hlm: 441
[10] Dr. Subhi as-shalih, membahas ilmu ilmu hadis, (Jakarta: pustaka firdaus, 2007), hlm:368
11  A. Qadir Hassan, ilmu musthalahul hadis, (Bandung: CV. Diponegoro), hlm: 437
[15] http://madrasahmassahar.blogspot.com/2010/04/para-imam-penghimpun-hadits-al-kutubus.html
(diakses pada 25 April 2015)
[17]  http://madrasahmassahar.blogspot.com/2010/04/para-imam-penghimpun-hadits-al-kutubus.html
(diakses pada 25 April 2015 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar