KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur atas kehadirat
Allah SWT karena berkat rahmat-Nyalah saya dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Perawi al-Kutub al-Sittah (kitab induk yang enam) . Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Ulumul Hadist
Penulis mengucapkan terima kasih
terutama kepada Bpk. sebagai dosen
pembimbing mata kuliah Studi Ulumul Hadits, serta kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini.
Meskipun dalam penyusunan makalah
ini, penulis dapat menyelesaikan dengan baik, namun penulis menyadari bahwa
makalah ini masih terdapat kekurangan di dalamnya. Untuk itu penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada
umumnya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Kutubu Sittah ini termasuk Diantara kitab yang terbagus penulisan dan
penyusunannya, paling banyak benarnya dan sedikit kesalahannya, paling meluas
umum manfaatnya dan paling banyak faidahnya, paling besar barakahnya, paling
mudah kesukarannya, paling baik penerimaanya.
Makalah ini berikhtiar
memperkenalkan secara singkat Istilah Kutubus Sittah dan saiapa saja perawi
dari kutubusittah tersebut serta karya-karyanya.
1.2 RumusanMasalah
1. Al-Kutub Al-Sittah
2. Menjelaskan Para
Perawi Kutubu Sittah.
3. Karya-karya para
perawi Kutubu Sittah.
POKOK
PERMASALAHAN
- Seperti apa bigrafi imam bukhari, muslim, nasa’I, abu dawud, tirmidzi, ibnu majah?
- Apa saja kitab kitabnya imam tersebut?
BAB II
PEMBAHASAN
BIOGRAFI IMAM 6
v Imam Bukhari
Namanya Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin
al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju’fi al-Bukhari. Lahir di Bukhara, hari jim’at 13
syawal 194 H, wafat di Samarqand, malam sabtu hari raya waktu isya’ 256 H.1
Beliau dikenal sebagai al-Bukhori, Tidak lama setelah beliau lahir,
beliau kehilangan penglihatannya. Dia didik dalam keluarga yang taat beragama,
ayahnya adalah seorang ulama’ bermazhab Maliki dan merupakan murid dari imam
Malik, seorang ulama’ besar dan ahli fiqih, ayahnya wafat ketika beliau masih
kecil, beliau mulai menuntut ilmu sejak usia dini tahun 205 H, beliau berguru
kepada as-syaikh ad-dakhili ulama’ ahli hadis yang masyhur di Bukhoro, pada
usia 16 tahun dia bersama keluarganya mungunjugi kota Makkah dan Madinah,
dikedua kota tersebut dia mengikuti kuliah para guru besar hadis. Bukhori pergi
menjumpai guru guru hadis diberbagai negri, dia pergi ke Bagdad, Basrah,
Kuffah, Makkah, Madinah, Syam, Mesir. Dia belajar dari banyak guru dan menulis
dari seribu guru, kecintaan beliau terhadap ilmu yang mengantarkan beliau ke
puncak keilmuan saat itu, bahkan sampai menjadi imam kaum muslimin dalam bidang
hadis. Tokoh tokoh memberikan julukan kepada beliau amirul mu’minin fi al-hadi,
beliau sangat terkenal waro’ ahli ibadah selain ahli ilmu.2
Beliau dalam penelitian hadis untuk mengumpulkan dan menyeleksi
hadis shohih menghabiskan waktu 16 tahun untuk mengunjungi diberbagai kota
untuk menemui para perawi hadis, mengumpulkan dan menyeleksi hadisnya. Ketika
di bagdad tidak semua hadis yang beliau hafal kemudian diriwayatkan, tetapi
diseleksi terlebih dahulu dengan penyeleksian yang ketat, apakah sanad dari
hadis tersebut bersambung dan apakah perawi hadis itu terpercaya dan tsiqah
(kuat).akhirnya bukhari menulis sebanyak 9082 hadis dalam kitabnya
aljami’ussohih, karyanya antara lain: sohih bukahari, al-adab al mufrod, ad-du’afa’ as-soghir, at-tarikh as-soghir,
a-ttarikh al ausath.3
Beliau seorang imam yang tidak tercela hapalan hadisnya dan
kecermatannya, beliau mulai menghapal hadis ketika umurnya belum mencapai 10
tahun, dia mencatat dari 1000 guru lebih, hapal 100.000 hadis shahih dan
200.000 hadis yang tidak shahih. Dialah pengarang kitab besar Al-jami’
as-shahih yang merupakan kitab paling sahih sesudah alQur’an.[1][10]
v Imam Muslim
Namanya Abu Husain Muslim bin al-Hajaj
bin Muslim al-Qusairi an-Naisaburi, Lahir dalam bulan rajab 204 H, wafat sore
ahad, bulan rajab 261 H, dan dikubur di Naisaburi.[2][11]
Kecenderungan imam muslim terhadap ilmu hadis tergolong luar biasa,
keunggulannya dari sisi kecerdasandan ketajaman hafalan dia manfaatkan dengan
sebaik mungkin, pada usia 10 tahun dia sering datang berguru pada imam
ad-dakhili seorang ahli hadis dikotanya,
satu tahun kemudian dia mulai menghafal hadis dan berani mengoreksi
kekeliruan gurunya ketika salah dalam periwayatan hadis. Perjalanan kenegri
lain menjadi kegiatan rutin bagi imam muslim untuk mendapatkan silsilah yang
benar sebuah hadis.
Beliau dalam menetapkan kesohihan hadis yang diriwayatknya selalu
mendepankan ilmu jarh wa ta’dil, metode inidigunakan untuk menilai cacat
tidaknya suatu hadis dan juga menggunkan metodesghot at-tahammul
(metode-metode penerimaan riwayat),
dalam kitabnya dijumpai istilah haddasanii, haddasana, akhbarani, akhbarona,
qala, dengan metode ini menjadikan beliau sebagai orangkedua terbaik dalam
masalah hadis dan selul beluknya setelah imam bukahari. Imam muslim wafat
dengan mewariskan sejumlah karyanya yang sangat berharga bagi kaum muslimin:
Al-Jamius Syahih, Al-Musnadul Kabir Alar Rijal, Kitab al-Asma' wal Kuna, Kitab
al-Ilal, Kitab al-Aqran, Kitab Sualatihi Ahmad bin Hanbal, Kitab al-Intifa' bi
Uhubis Siba'. Kitab al-Muhadramain, Kitab Man Laisa Lahu illa Rawin Wahidin,
Kitab Auladus Sahabah, Kitab Auhamul Muhadisin.
Kitabnya yang paling terkenal sampai kini ialah Al-Jamius Syahih
atau Syahih Muslim[3][12]Para ulama’
sepakat atas keimamannya dalam hadis dan kedalaman pengetahuannya tentang
periwayatan hadis, dia melakukan banyak perjalanan dalam mencari hadis. Di
Khurasan dia mendengar hadis dari Yahya bin Yahya, Ishaq bin Rahawaih, dan lain
lain. [4]
v Imam
Nasa’i
Namanya Abu ‘Abdirrahman
ahmad bin su’aib bin ali bin bahr bin sinan bin dinar an-nasai
al-kurasani. Dilahirkan dalam tahun 215
H, wafat di ramlah pada tahun 303 H dan dikuburkan di baitil maqdis.[5]
Beliau adalah sorang ulama hadis yang terkenal,
beliau juga seorang yang berpegang teguh pada madzhab syafi’i dan
mengarang sebuah kitab manasik haji atas dasar madzhab syafi’i.
Riwayat beliau sedikit menyedihkan, pada tahun 302 H beliau datang
kedamaskus, dimana ketika itu yang berkuasa adalah pengikit sayyidina
mu’awwiyah yang membenci sayyidina aly,
ketika itu banyak orang yang menghina sayyidina aly, imam nasai bukan
kaum syi’ah tetapi beliau mencintai ahli bait khususnya sayyidina aly. Beliau mengarang sebuah kitab untuk menerangkan
kelebihan-kelebihan sayyidina aly, dengan beredarnya kitab ini menjadikan
penguasa damaskus marah kepada beliau, akhirnya beliau diusir dari didamaskus
sampai kabarnya dipukuli sehingga beliau wafat disuatu tempat yang bernama
ramlah disiria.[6]
Imam Nasa`i mempunyai hafalan dan kepahaman yang jarang di miliki
oleh orang-orang pada zamannya, sebagaimana beliau memiliki kejelian dan
keteliatian yang sangat mendalam. maka beliau dapat meriwayatkan hadits-hadits
dari ulama-ulama, berjumpa dengan para imam huffazh dan yang lainnya, sehingga
beliau dapat menghafal banyak hadits, mengumpulkannya dan menuliskannya, sampai
akhirnya beliau memperoleh derajat yang pantas dalam disiplin ilmu ini.Beliau
telah menulis hadits-hadits dla’if, sebagaimana beliaupun telah menulis
hadits-hadits shahih, padahal pekerjaan ini hanya di lakukan oleh ulama
pengkritik hadits, tetapi imam Nasa`i mampu untuk melakukan pekerjaan ini,
bahkan beliau memiliki kritik yang detail dan akurat.
v Imam Abu dawud
Namanya Sulaiman amr-asy-‘aus’aq-sikistini
bin Iskhaq bin bisyr bin Syaddad bin amr bin Imran al-azti, lahir pada 202 H,
wafat di Basrah tahun 275 H,[7]
beliau salah seorang perowi hadis yang mengumpulkan 50.000 hadis lalu memilih
dan menuliskan 4800 diantaranya dalam kitab sunan abu daud. Untuk mengumpulkan
hadis beliau berpergian ke arab Saudi, irak, kufah, khurasan, siria, nisapur,
dan tempat tempat lain yang menjadikannya salah satu orang ulama’ yang paling
luas perjalanannya. Beliau sudah berkecimpung dalam bidang hadis sejak berusia
belasan tahun, beliau mengunjungi berbagai Negara untuk memetik kandungan ilmu
dari sumbernya, dia langsung berguru selama belasan tahun, beliau menyusun
kitabnya di Bagdad, minat utamanya dibidang syari’at, jadi kumpulan hadisnya
terfokus pada syari’at, setiap hadis dalam kumpulannya diperiksa kesesuaiannya
dengan alqur’an, begitu pula sanadnya, dia pernah memperlihatkan kitab tersebut
kepada imam ahmad untuk meminta saran perbaikan, didalam kitab tersebut
mengandung beberapa hadis lemah (yang sebagian ditandai beliau sebagian tidak).[8]
v Imam Tirmidzi
Namanya Abu ‘Isa muhammad bin ‘isa
bin surrah at-turmudzi, lahir pada tahun 200 H, wafat di turmudz dalam bulan
rajab, tahun 279 H,[9]
Beliau adalah imam, hafiz dan kritikus hadis, beliau sejak kecilnya sudah gemar
mempelajari ilmu dan mencari hadis untuk
keperluan inilah dia mengembara keberebagi Negara Hijaz, irak, khurasan, dalam
periwayatannya dia banyak mengunjungi banyak ulama’ besar dan guru guru hadis
untuk mendengar hadis dan kemudian dihafal dan dicatat dengan baik diperjalanan
atau tiba disuatu tempat. Dia belajar dan meriwayatkan dari ulama’ kenamaan
diantaranya imam bukhari, kepadanya dia mempelajari hadis dan fiqih, dia juga
belajar dari imam muslim dan abu daud.[10]
v Imam Ibnu Majah
Namanya Abu ‘Abdillah Muhammad bin Yazid bin ‘Abdillah bin Majah
al-Qazwini, lahir pada 207 H, wafat dalam bulan Ramadan 275 H,[11]
beliau dikenal sebagai ahli hadis yang banyak meriwayatkan sabda sabda nabi
SAW, beliau mulai belajar sejak usia remaja, namun baru mulai menekuni dibidang
ilmu hadis pada usia 15 tahun, bakat dan minatnya dibidang hadis makin besar,
hal inilah yang membuat ibnu Majah berkelana kebeberapa daerah dan Negara guna
mencari, mengumpulkan dan menulis hadis puluhan Negara dia kunjungi antara lain
Ray (Teheran), Basrah, kufah, Bagdad, khurasan, suriyah, Mesir. Dengan cara
inilah beliau dapat menghimpun dan menulis puluhan bahkan ratusanhadis dari
sumber sumber yang dipercaya keshahihannya, tidak hanya itu dalam berbagai
kunjungannya dia juga berguru pada banyak ulama’ setempat, seperti Abu bakar
bin abi syaubah, sepanjang hayatnya beliau telah menulis puluhan buku baik
dalam bidang hadis, sejarah, fiqih, maupun tafsir, seperti tafsir alqur’anul
karim, at-tarikh karya sejarah yang memuat bigrafi para perawi hadis sejak awal
hingga kemasanya yang menjadi popular
dikalangan muslim, karya beliau adalah kitab sunan ibnu majah di bidang hadis,
beliau telah meriwayatkan sedikitnya 4000 hadis, didalam kitab hadis tersebut
juga membahas masalah akidah dan muamalah atas ketekunan dan kontribuisinya
dibidang ilmu ilmu islam itu, khususnya disiplin ilmu hadis, banyak ulam’ yang
kagum dan membahasnya sebagai salah
seorang ulama’besar islam yang disepakati tentang kejujurannya.[12]
v KUTUBUS SITTAH
Istilah Kutubus Sittah digunakan untuk menyebut enam kitab induk
hadits, yaitu Shahih Al Bukhari, Shahih Muslim, Sunan An Nasa`I, Sunan Abi
Dawud, Sunan At Tirmidzi, dan Sunan Ibni Majah. Mari kita mengenalnya secara
ringkas.
v Shahih Al Bukhari
Diceritakan, Imam Bukhari berkata: “Aku bermimpi melihat Rasulullah
SAW.; seolah-olah aku berdiri di hadapannya, sambil memegang kipas yang
kupergunakan untuk menjaganya. Kemudian aku tanyakan mimpi itu kepada
sebahagian ahli ta’bir, ia menjelaskan bahawa aku akan menghancurkan dan
mengikis habis kebohongan dari hadith Rasulullah SAW. Mimpi inilah, antara
lain, yang mendorongku untuk melahirkan kitab Al-Jami’ as-Shahih.”[13]
Kitab
ini diberi judul Al Jami’ Ash Shahih oleh penyusunnya. Beliau menyeleksi hadits
yang tercantum dalam kitab ini dari 600 ribu hadits. Beliau rahimahullah
bersusah payah dalam memilih, menyeleksi dan mencari hadits yang shahih.
Beliau menyelesaikan penyusunan kitab tersebut selama enam belas
tahun. Setelah itu, beliau mengajukan kitabnya itu kepada Imam Ahmad, Yahya bin
Ma’in, ‘Ali bin Al Madini, dan selain mereka, kemudian mereka menilainya
sebagai kitab yang bagus dan memberi rekomendasi/persaksian akan keabsahan
hadits dalam kitab tersebut.[14]
Para
ulama di setiap zaman menerima kitab tersebut dengan sepenuh hati. Al Hafizh
Adz Dzahabi berkata, “Ini adalah salah satu kitab dalam ilmu Islam yang paling
bagus dan paling utama setelah kitab Allah ta’ala.”
Jumlah
hadits dalam Shahih Al Bukhari termasuk yang terulang berjumlah 7397 buah dan
jika tidak termasuk yang terulang berjumlah 2602 buah. Demikianlah yang
disebutkan oleh Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah.
v Shahih Muslim
Di antara kitab-kitab imam muslim yang paling agung dan sangat bermanfat
luas, serta masih tetap beredar hingga kini ialah Al-Jami’ as-Shahih, terkenal
dengan Shahih Muslim. Kitab ini merupakan salah satu dari dua kitab yang paling
shahih dan murni sesudah Kitabullah. Kedua kitab Shahih ini diterima baik oleh
segenap umat Islam.[15]
Kitab ini adalah kitab yang telah terkenal dan disusun oleh Muslim
bin Al Hajjaj rahimahullah. Beliau mengumpulkan hadits-hadits shahih dari
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menurut penilaiannya di dalam kitab
ini. An Nawawi berkata, “Di dalam kitab ini beliau menerapkan metode yang
sangat bagus dalam hal ketelitian, kesempurnaan, wara’, dan ma’rifah dimana
sangat jarang seorang mendapatkan petunjuk untuk melakukan hal tersebut kecuali
beberapa orang saja di beberapa masa.” [16]
Imam Muslim telah mengerahkan seluruh kemampuannya untuk meneliti
dan mempelajari keadaan para perawi, menyaring hadith-hadith yang diriwayatkan,
membandingkan riwayat-riwayat itu satu sama lain. Muslim sangat teliti dan
hati-hati dalam menggunakan lafaz-lafaz, dan selalu memberikan isyarat akan
adanya perbedaan antara lafaz-lafaz itu. Dengan usaha yang sedemikian rupa,
maka lahirlah kitab Shahihnya.
Bukti
konkrit mengenai keagungan kitab itu ialah suatu kenyataan, di mana Muslim
menyaring isi kitabnya dari ribuan riwayat yang pernah didengarnya.
Diceritakan, bahawa ia pernah berkata: “Aku susun kitab Shahih ini yang
disaring dari 300.000 hadith.”[17]
Beliau
mengumpulkan hadits-hadits yang sesuai dalam satu tempat dan menyebutkan
berbagai jalur dan lafadz-lafadz hadits yang dia susun per-bab. Hanya saja,
beliau tidak menyebutkan judul-judul bab tersebut. Mungkin karena khawatir akan
menambah tebal kitab tersebut atau karena terdapat alasan yang lain.
Tetapi
setiap bab dalam kitab ini kini telah diberi judul oleh sejumlah ulama yang
menjelaskannya. Di antara syarah yang paling bagus adalah yang disusun oleh An
Nawawi rahimahullah. Jumlah hadits dalam kitab ini adalah 7275 buah, termasuk
hadits yang terulang dan jika dibuang, hanya berjumlah 4000 buah.
Apabila
ditinjau dari segi keabsahannya, maka mayoritas atau seluruh ulama telah
sepakat bahwa Shahih Muslim menduduki tingkat kedua setelah Shahih Al Bukhari.[18]
v Sunan An Nasa`i
Karya beliau yang utama adalah Sunanulkubro yang akhirnya terkenal
dengan nama sunan An-Nasaiy. Kitab sunan ini adalah kitab Sunan yang muncul
setelah shahihain yang paling sedikit hadits dha’ifnya, tetapi paling banyak
perulanganya . Misalnya hadits tentang niat, diulangnya sampai 16x.[19]
Nasa’i menerima hadith dari sejumlah guru hadith terkemuka. Di antaranya
ialah Qutaibah Imam Nasa’i Sa’id. Ia mengunjungi kutaibah ketika berusia 15
tahun, dan selama 14 bulan belajar di bawah asuhannya. Guru lainnya adalah
Ishaq bin Rahawaih, al-Haris bin Miskin, ‘Ali bin Khasyram dan Abu Dawud
penulis as-Sunan, serta Tirmidzi, penulis al-Jami’.
Hadith-hadithnya
diriwayatkan oleh para ulama yang tidak sedikit jumlahnya. Antara lain Abul
Qasim at-Tabarani, penulis tiga buah Mu’jam, Abu Ja’far at-Tahawi, al-Hasan bin
al-Khadir as-Suyuti, Muhammad bin Mu’awiyyah bin al-Ahmar al-Andalusi dan Abu
Bakar bin Ahmad as-Sunni, perawi Sunan Nasa’i.[20]
An Nasa`i rahimahullah menyusun kitabnya As Sunan Al Kubra dan
memasukkan ke dalamnya berbagai hadits shahih dan cacat. Kemudian beliau
meringkasnya dalam kitab As Sunan Ash Shughra dan beliau beri judul Al Mujtaba
yang di dalamnya beliau hanya mengumpulkan berbagai hadits shahih menurut
penilaiannya.
Kitab
inilah (Al Mujtaba –pent.) yang dimaksud jika ada hadits yang riwayatnya
dinisbatkan kepada An Nasa`i. Al Mujtaba adalah kitab Sunan yang paling sedikit
mengandung hadits dla’if dan perawi yang dijarh. Derajat kitab ini berada
setelah Ash Shahihain. Ditinjau dari sisi para perawinya, kitab ini didahulukan
daripada Sunan Abi Dawud dan Sunan At Tirmidzi karena beliau sangat berhati-hati
dalam memilih para perawi.[21]
v Sunan Abi Dawud
Abu Dawud menyusun kitabnya, khusus hanya memuat hadith-hadith
hukum dan sunnah-sunnah yang menyangkut hukum. Ketika selesai menyusun kitabnya
itu kepada Imam Ahmad bin Hanbal, dan Ibn Hanbal memujinya sebagai kitab yang
indah dan baik.
Abu Dawud dalam sunannya tidak hanya mencantumkan hadith-hadith
shahih semata sebagaimana yang telah dilakukan Imam Bukhari dan Imam Muslim,
tetapi ia memasukkan pula kedalamnya hadith shahih, hadith hasan, hadith dha’if
yang tidak terlalu lemah dan hadith yang tidak disepakati oleh para imam untuk
ditinggalkannya. Hadith-hadith yang sangat lemah, ia jelaskan kelemahannya.[22]
Kitab ini adalah kitab yang berisi 4800 hadits yang diseleksi oleh
penyusunnya dari 500.000 hadits. Sunan Abi Dawud ini sangat terkenal di
kalangan ahli fiqih (fuqaha`) karena kitab ini mengumpulkan hadits-hadits
hukum. Penyusunnya mengatakan bahwa dia telah menyodorkan kitabnya tersebut
kepada Imam Ahmad bin Hambal dan beliau menilainya sebagai kitab yang bagus dan
baik.[23]
v Sunan At Tirmidzi
Kitab ini adalah salah satu kitab karya Imam Tirmidzi terbesar dan
paling banyak manfaatnya. Ia tergolong salah satu “Kutubus Sittah” (Enam Kitab
Pokok Bidang Hadith) dan ensiklopedia hadith terkenal. Al-Jami’ ini terkenal dengan
nama Jami’ Tirmidzi, dinisbatkan kepada penulisnya, yang juga terkenal dengan
nama Sunan Tirmidzi. Namun nama pertamalah yang popular.
Sebahagian
ulama tidak berkeberatan menyandangkan gelar as-Shahih kepadanya, sehingga
mereka menamakannya dengan Shahih Tirmidzi. Sebenarnya pemberian nama ini tidak
tepat dan terlalu gegabah.[24]
Imam
Tirmidzi di dalam Al-Jami’-nya tidak hanya meriwayatkan hadith shahih semata,
tetapi juga meriwayatkan hadith-hadith hasan, da’if, garib dan mu’allal dengan
menerangkan kelemahannya.
Dalam pada itu, ia tidak meriwayatkan dalam kitabnya itu, kecuali
hadith-hadith yang diamalkan atau dijadikan pegangan oleh ahli fiqh. Metode
demikian ini merupakan cara atau syarat yang longgar. Oleh kerananya, ia
meriwayatkan semua hadith yang memiliki nilai demikian, baik jalan
periwayatannya itu shahih ataupun tidak shahih. Hanya saja ia selalu memberikan
penjelasan yang sesuai dengan keadaan setiap hadith.
Beliau menjelaskan derajat shahih, hasan, atau dla’if setiap hadits
pada tempatnya masing-masing dan menjelaskan sisi kelemahannya. Beliau juga
menjelaskan ulama yang beliau ambil pendapatnya baik dari kalangan sahabat atau
selainnya. Di akhir kitab tersebut, beliau menyusun sebuah kitab yang membahas
tentang ilmu ’ilal dan dalamnya beliau mengumpulkan berbagai faedah yang
penting.
Dalam kitab ini terdapat berbagai faedah dalam bidang fiqih dan
hadits yang tidak ada dalam kitab yang lain. Para ulama dari Hijaz, ‘Iraq dan
Khurasan menilainya sebagai kitab yang bagus tatkala penyusunnya menyodorkan
kitab ini kepada mereka.[25]
v Sunan Ibnu Majah
Kitab ini adalah salah satu kitab karya Imam Ibn Majah terbesar
yang masih beredar hingga sekarang. Dengan kitab inilah, nama Ibn Majah menjadi
terkenal.
Ia
menyusun sunan ini menjadi beberapa kitab dan beberapa bab. Sunan ini terdiri
dari 32 kitab, 1.500 bab. Sedan jumlah hadithnya sebanyak 4.000 buah hadith.
Kitab
sunan ini disusun menurut sistematika fiqh, yang dikerjakan secara baik dan
indah. Ibn Majah memulai sunan-nya ini dengan sebuah bab tentang mengikuti
sunnah Rasulullah SAW. Dalam bab ini ia menguraikan hadith-hadith yang
menunjukkan kekuatan sunnah, kewajiban mengikuti dan mengamalkannya.[26]
Berdasarkan
pendapat yang masyhur di kalangan mutaakhirin kitab ini termasuk kitab induk
keenam dari enam kitab induk hadits. Meskipun demikian, kitab ini derajatnya
lebih rendah dari kitab Sunan An Nasa`i, Sunan Abi Dawud, dan Sunan At
Tirmidzi. Bahkan, telah masyhur bahwa hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah
secara bersendirian umumnya adalah hadits dla’if. Akan tetapi, Al Hafizh Ibnu
Hajar berkata lain, “ Hal itu tidaklah bersifat mutlak menurut penelitian saya.
Namun, secara global, di dalam kitab tersebut memang banyak terdapat hadits
mungkar. Wallahul Musta’an.”
Mayoritas
hadits yang beliau takhrij juga diriwayatkan oleh semua atau sebagian penyusun
enam kitab induk hadits. Dan beliau meriwayatkan hadits secara bersendiri dan
tidak diriwayatkan oleh mereka (penyusun enam kitab induk hadits) sebanyak 1339
buah sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Ustadz Muhammad Fu`ad ‘Abdul
Baqi.[27]
KESIMPULAN
Dari
pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa ke-enam imam beserta kitab-kitabnya
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, tetapi mereka sama-sama pergi ke
berbagai negara untuk menimba ilmu terutama dibidang hadis.
DAFTAR PUSTAKA
http://madrasahmassahar.blogspot.com/2010/04/para-imam-penghimpun-hadits-al-kutubus.html (diakses pada 5 juni 2010)
http://ikhwanmuslim.com/kaidah-dan-faidah/mengenal-kutubus-sittah-enam-kitab-induk-hadits (diakses pada 5 juni 2010)
http://humbud.uin-malang.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=199:mengenal-kitab-kitab-hadits&catid=79:ilmu-hadist&Itemid=127 (diakses pada 5 juni 2010)
http://mbahman.gadingmangu.blogspot.com/biografiimam bukhari.html. (diakses pada 4 juni 2010)
A.
Qadir Hassan, ilmu musthalahul hadis, (Bandung: CV. Diponegoro), hlm: 441
Dr.
Subhi as-shalih, membahas ilmu ilmu hadis, (Jakarta: pustaka firdaus, 2007),
hlm:368
http://lidwapusaka.com/produk/kitab-9-imam/biografi-imam-hadits/imam-nasai/ (diakses pada 4 juni 2010)
http://nippontori.multiply.com/reviews/item/9 (diakses pada 4 juni 2010)
Muhammad
A’jal Al-khatib, pokok pokok ilmu hadis, (Jakarta: Gaya media pratama, 1998),
hlm: 76
Fatkhur
Rahman, ikhtisar musthalahul hadis, hlm: 37
M.
Syakur, ulum al khadis, (Kudus: masaifa jendela ilmu, 2009), hlm:135
[1]
Dr. Subhi as-shalih, membahas ilmu
ilmu hadis, (Jakarta: pustaka firdaus, 2007), hlm:280
[2] A. Qadir Hassan, ilmu musthalahul hadis, (Bandung: CV.
Diponegoro), hlm: 440
[4]Dr. Subhi as-shalih, membahas ilmu ilmu hadis, (Jakarta: pustaka firdaus, 2007), hlm:366
[7] A. Qadir Hassan, ilmu musthalahul hadis, (Bandung: CV. Diponegoro), hlm: 435
[12] http://mbahman.gadingmangu.blogspot.com/biografiimam bukhari.html. (diakses pada 25 April 2015)
[13] http://madrasahmassahar.blogspot.com/2010/04/para-imam-penghimpun-hadits-al-kutubus.html
(diakses pada 25 April 2015)
[14]http://ikhwanmuslim.com/kaidah-dan-faidah/mengenal-kutubus-sittah-enam-kitab-induk-hadits
(diakses pada 25 April 2015 )
[15]
http://madrasahmassahar.blogspot.com/2010/04/para-imam-penghimpun-hadits-al-kutubus.html
(diakses pada 25
April 2015)
(diakses pada 25
April 2015 )
(diakses pada 25
April 2015 )
[18] http://ikhwanmuslim.com/kaidah-dan-faidah/mengenal-kutubus-sittah-enam-kitab-induk-hadits (diakses pada 25 April 2015)
[20]
http://madrasahmassahar.blogspot.com/2010/04/para-imam-penghimpun-hadits-al-kutubus.html
(diakses pada 25 April 2015)
[21] http://ikhwanmuslim.com/kaidah-dan-faidah/mengenal-kutubus-sittah-enam-kitab-induk-hadits
(diakses pada 25 April 2015)
[22] http://madrasahmassahar.blogspot.com/2010/04/para-imam-penghimpun-hadits-al-kutubus.html
(diakses pada 25 April 2015)
[23] http://ikhwanmuslim.com/kaidah-dan-faidah/mengenal-kutubus-sittah-enam-kitab-induk-hadits
(diakses pada 25 April 2015)
[24] http://madrasahmassahar.blogspot.com/2010/04/para-imam-penghimpun-hadits-al-kutubus.html
(diakses pada 25 April 2015)
[25] http://ikhwanmuslim.com/kaidah-dan-faidah/mengenal-kutubus-sittah-enam-kitab-induk-hadits
(diakses pada 25 April 2015)
[26] http://madrasahmassahar.blogspot.com/2010/04/para-imam-penghimpun-hadits-al-kutubus.html
(diakses pada 25 April 2015)
[27] http://ikhwanmuslim.com/kaidah-dan-faidah/mengenal-kutubus-sittah-enam-kitab-induk-hadits
(diakses pada 25 April 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar